Dikisahkan bahwa suatu hari saat Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah
sedang keluar rumah menuju masjid, ia bertemu seorang pemuda yang ujung
gamisnya kotor sebab terkena tanah dan debu tebal. Padahal ia sedang
menuju masjid untuk menunaikan shalat berjamaah.
Saat ia resah karena ragu, apakah boleh menunaikan shalat dengan keadaan pakaian sedemikian rupa, ia meminta fatwa
pada Imam Ahmad Bin Hambal. Sang Imam mengatakan bahwa ia boleh-boleh
saja melaksanakan shalat dengan keadaan pakaiannya yang kotor terkena
tanah. Sebab debu dan tanah bukan termasuk najis yang bisa membuat
shalatnya tidak sah. Si pemuda pun bersyukur dalam hati seraya
melanjutkan langkahnya menuju masjid tanpa ragu.
Di
lain kesempatan, saat Imam Ahmad Bin Hambal keluar rumah lagi untuk
menunaikan shalat, tiba-tiba ujung pakaian beliau terkena tanah sehingga
membuat pakaiannya tampak kotor dan tak indah dipandang. Lalu dengan
tergesa beliau berbalik langkahnya menuju rumah dan berganti pakaian.
Melihat
tindakan beliau ini, orang-orang yang melihatnya nampak heran. Bukankah
beberapa waktu lalu Sang Imam berfatwa bahwa tanah itu bukan najis yang
menghalangi sahnya shalat? Lalu untuk apa beliau pulang dan berganti
pakaian?
Dengan perasaan ingin tahu, mereka kemudian menghampiri Sang Imam dan menanyakan hal yang membuat mereka terheran-heran. Imam Ahmad Bin Hambal pun menjawab : ”Dzaaka fatwa, wa hadza taqwa. (Itu fatwa dan ini Taqwa).”
Yakni
bahwa apa yang beliau sampaikan pada pemuda kemarin merupakan fatwa
yang boleh saja dilakukan dan diambil hukum yang ada padanya. Sedangkan
apa yang beliau (Imam Ahmad) lakukan hari ini merupakan sikap Taqwa.
Sang Imam tidak ingin sekedar menghadap Allah dalam keadaan suci saja,
tapi juga ingin mempersembahkan shalat pada-Nya dalam keadaan mengenakan
pakaian terbaiknya yang bersih tanpa noda. Bukankah kita diperintahkan
untuk mengenakan pakaian terbaik setiap kali memasuki masjid?
”Pakailah perhiasan kalian setiap kalian mendatangi masjid.” (al Ayat).
Imam
Ahmad tidak hanya mengerti syariat dan ketentuan dasar suatu ibadah,
tapi juga sangat berhati-hati dan memperhatikan kualitas ibadahnya pada Tuhannya.
Ya
Allah, Jadikanlah kecintaan kami kepada para ulama, sebagai washilah
kami bisa mencontoh mereka dan masukkan kami ke dalam syurga bersama
mereka. Amin.
Semoga Bermanfaat. © AST
No comments:
Post a Comment