Asma binti Abu Bakar
adalah istri dari sahabat yang mulia Zubeir bin Awwam. Keduanya adalah pasangan
suami istri yang serasi. Zubeir adalah kesatria di medan jihad yang selalu
mendampingi Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Demikian juga Asma’ adalah
salah seorang dari shahabiat yang paling banyak berkorban untuk Islam.
Asma dan Zubeir
hidup dalam rumah tangga yang indah penuh cinta. Dari mereka lahir anak-anak
yang hebat sehebat kedua orang tuanya. Sebut saja Urwah bin Zubeir yang
merupakan ulamanya sahabat dan Abdullah bin Zubeir yang kelak menjadi khalifah
meskipun sesaat.
Tapi Allah
menakdirkan keduanya berpisah sementara di dunia. Ya, rumah tangga berakhir
dengan perceraian, setelah bahtera itu berlayar hampir 30 tahun lamanya.
Adalah Atikah binti
Zaid seorang wanita yang sangat cantik. Yang kecantikannya kala itu sangat terkenal
diseantero Madinah. Mungkin dari kita pernah membaca sebuah riwayat dimana Abu
Bakar pernah menyuruh putranya, yakni Abdullah untuk menceraikan istrinya. Ya
Abdullah diperintahkan menceraikan istrinya tersebut karena dinilai terlalu cisangat
mencintainya, dan Abu Bakar khawatir itu akan melalaikan Abdullah dari Jihad fi
sabilillah. Dan sang istri itu adalah Atikah binti Zaid.
Setelah kesyahidan
Abdullah, Atikah lalu dinikahi oleh Umar bin Khattab. Dan ketika bersama al
Faruq, pernah terjadi peristiwa kecemburuan beliau kepada Atikah sampai
melarang Atikah shalat ke masjid. Dan setelah Kewafatan sayidina Umar, Zubeir
bin Awwam menyatakan cinta dan ingin menikahinya.
Setelah menjadi
istri, Zubeir bin Awwam sangat mencintai Atikah dan perhatiannya menjadi
tercurah kepadanya. Ditambah lagi sifat Zubeir sangatlah pemburu. Sifat ini
sudah sangat dipahami oleh Asma. Karena dalam sebuah riwayat dia pernah berkata
kepada suaminya : “Tadi aku bertemu Rasulullah ketika aku membawa kurma di atas
kepalaku. Beliau disertai beberapa orang sahabat. Beliau menyuruh untanya duduk
agar aku pergi bersamanya. Aku merasa malu dan teringat sifatmu yang
pencemburu.”
Dan kini cinta
Zubeir seperti hanya diberikan kepada Atikah. Asma pernah mengungkapkan perasaannya : “Kau memberikan padaku segalanya. Kau tanam benih-benih keturunan hebat
para pejuang tauhid dirahimku. Kau mengokohkanku dengan nasehat tulus dalam
setiap desahmu. Kau memberikan segalanya, kecuali cinta yang bergelora. Az
Zubair, suamiku, jenis cinta apakah yang kemu miliki untukku?”
Sebenarnya
Zubeir bin Awwam sendiri berusaha tetap adil dan mencintai Asma. Bagaimana ia
tidak mencintai Asma padahal ia telah bersama dalam bahtera cinta sekian lama.
Namun cinta Zubeir yang terlalu dalam dan kecantikan Atikah membuat dia harus
menjaga istrinya yang satu ini dengan ekstra ketat. Sedangkan ‘Asma yang sejak
kecil merupakan perempuan pemberani tentu tidak melahirkan kekhawatiran di hati
Zubair. Oleh sebab itu, perhatian Az Zubair terhadap ‘Asma tidak sebesar
perhatiannya terhadap Atikah.
Akhirnya Asma
dan Zubeir memilih untuk bercerai. Keduanya berpisah bukan karena kebencian,
tapi justru karena cinta yang membuncah. Zubeir takut tidak bisa berbuat adil
kepada Asma, dan Asma tidak mau suaminya jatuh kepada dosa kedzaliman karena
menyia-nyiakannya. Asma kemudian menitipan suaminya tercinta kepada Atikah,
yang juga sebenarnya tidak mengharapkan perceraian diantara mereka.
Setelah
perceraian dengan Az Zubair, Asma focus mendidik anak-anaknya menjadi mujahid
Islam. Ia tidak pernah menikah lagi, karena berharap bisa berkumpul dengan
Zubeir selamanya di syurga. Ia pernah mendengar perkataan ayahnya, Abu Bakar As
Shidiq : “Putriku, Sabarlah. jika seorang wanita mempunyai suami yang shaleh
dan dia meninggal, lalu wanita itu tidak menikah setelah itu, mereka akan
dipersatukan kembali di surga.”
Setelah Az Zubair syahid dalam sebuah pertempuran, selang beberapa hari Asma
menyusulnya. Seakan Asma telah mematri janji untuk sang suami : “Zubeir, biarlah
kita terpisah di dunia sebentar, tapi kita akan bersama diakhirat dalam cinta
yang kekal"
Subhanallah,
inilah cinta para shalihin yang selalu suci dan tinggi. Tidak terkotori oleh
rendahnya hawa nafsu. Semoga kita bisa meneladaninya.