“Tua-tua keladi,
semakin tua semakin menjadi”. Begitulah bunyi pepatah populer yang satu ini acapkali
kita dengar. Meski konotasinya sering dialamatkan kepada hal negatif, tapi
tidak ada salahnya kita sematkan kali ini untuk mengungkapkan kesungguhan
sebagian ulama dalam menuntut ilmu meski telah diusia senja.
Berikut diantara
ulama-ulama masyhur yang bisa dikatakan terlambat belajar agama. Alasan umur
tidak menjadi udzur bagi mereka untuk terus belajar.
1. Ibnu Hazm al Andulisi
Siapapun pasti
tidak asing dengan nama yang satu ini. Pengarang kitab-kitab Bestseller seperti
al Ihkam fi Ushul al Ahkam, al Muhalla, dan yang sangat fenomenal dikaji bukan hanya oleh
muslimin tapi di universitas besar Barat hari ini : Tauqul Hamamah (dibawah
naungan cinta). Sebuah karya yang luar bisa, sampai sebagian ulama mengatakan ;
seseorang hari ini tidak dikatakan ahli syair dan memahami hakikat cinta sampai
telah membaca Tauqul Hamamah.
Ternyata Ibnu Hazm baru menekuni ilmu keislaman diusia
26 tahun.
2. Abul Walid al Baji
Siapapun
yang bermazhab Maliki atau telah menyentuh kitab perbandingan mazhab Fiqih pasti
tidak asing dengan nama yang satu ini. Ulama besar Mazhab Malikiyyah yang merupakan
penulis kitab al Muntaqa’ syarah al Muwatha’ yang disebut-sebut sebagai
karangan terbaik dalam mazhab Maliki.
Al Baji rahimahullah
mendalami ilmu agama diusia 40 tahun. Profesi beliau sebagai security tidak
menghalanginya untuk giat belajar. Dibawah penerangan lampu jalanan ketika
berjaga, beliau kunyah ilmu dan hafalan yang didapat disiang hari dari ulama.
Allah pun tidak menyia-nyiakan usahanya, sehingga karya-karyanya sampai hari
ini menjadi rujukan umat.
3. Al imam Tirmidzi.
Abu Isa atau
yang lebih kita kenal dengan Tirmidzi adalah ulama besar hadits. Kitab sunannya
menjadi salah satu referensi wajib setiap penuntut ilmu. Ternyata beliau juga
muali menekuni keilmuan khususnya dibidang hadits setelah berusia 26 tahun.
4. Shalih bin Kaisan
Mungkin
sebagian kita masih ada yang asing dengan nama yang satu ini. Tapi bagaimana
kalau disebut nama Umar bin Abdul Aziz ? Kita pasti mengenalnya.
Shalih
bin Kaisan adalah guru dari mujtahid, khalifah yang lurus Umar bin Abdul Aziz. Bisa
dikatakan keluasan ilmu dan kezuhudann Umar adalah buah tangan dari beliau
rahimahullah ta’ala.
Bukan
hanya itu, para ulama-ulama hadits, yang namanya tercantum dishahih bukhari dan
Muslim hampir sebagiannya adalah murid-murid sang imam besar hadits yang satu
ini.
Al
imam Shalih bin Kaisan baru belajar hadits diusia 40 tahun, dan terus belajar
sampai kewafatannya diusia yang lebih dari 140 tahun. Karena beratnya menghafal diusia
tua, menurut riwayat beliau awalnya hanya mampu menghafal 3 kata dalam semalam
suntuk. Sampai kemudian beliau bisa
menghafal beberapa halaman dalam waktu yang singkat.
Masyaallah ... !
Masih
banyak deretan nama-nama ulama lainnya yang gigih belajar diusia tua, seperti ulama
besa mazhab Syafi’i Abu Bakar al Qoffal al Marwazi, Imam Baqilany, Hasan bin
Ziyad dan lainnya.
Diriwayatkan
ada yang bertanya pada Ibnul Mubarok, “Sampai kapan engkau menuntut ilmu?”
“Sampai mati insya Allah”, jawab Ibnul Mubarok.
--------
“Para sahabat Nabi
belajar pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru ketika usia senja”.
(imam Bukhari)