Wednesday 16 November 2022

MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN

Lewat seri tulisan sederhana ini, saya akan membagi bahasan tentang Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu menjadi beberapa bab ringkas, yakni :

Pertama, kedudukan dan keutamaannya

Kedua, kegemilangan kariernya sebelum menjadi khalifah

Ketiga, kemakmuran di masa pemerintahannya

Keempat, beberapa kekeliruan dan kontroversi ijtihad politiknya

Kelima, jasa besarnya untuk Islam dan muslimin

Keenam, beberapa kisah unik tentang Muawiyah

Ketujuh, akhir hayat dan suksesi Yazid sebagai penggantinya.

Kedelapan, Hadits palsu baik celaan maupun sanjungan kepadanya

kedudukan dan keutamaannya

1.Ikut serta dalam perang Hunain

Keikutsertaan dalam perang ini telah menjadikan beliau termasuk orang-orang yang dipuji oleh Allah dengan dijanjikan balasan yang lebih baik, yakni dalam ayat ke 10 dari surah al Hadid dan disebut sebagai orang beriman yang diberi ketenangan dalam surah at Taubah ayat ke-26.[1]

ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَه عَلٰى رَسُوْلِه وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu...

لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ اُولٰۤىِٕكَ اَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ اَنْفَقُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَقَاتَلُوْا وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰ

“...Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik...”

2. Mendapatkan do’a kebaikan dari Nabi

Diantara beberapa do’a Nabi kepada Muawiyah adalah, pertama riwayat Tirmidzi :


اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ

“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai pemberi petunjuk, orang yang mendapat petunjuk, dan berilah orang lain petunjuk melalui dia.”

Yang kedua, riwayat imam Ahmad :

اللهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ

“Ya Allah, ajarkanlah Mu’awiyah ilmu tulis dan hitung, serta peliharalah dia dari siksa.”

3.Termasuk yang mendapat jaminan dari Nabi


أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ ‏‏أَوْجَبُوا

“Pasukan pertama dari umatku yang turut dalam  peperangan di laut, telah dipastikan bagi mereka (syurga).” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar al Asqalani ketika menjelaskan hadits ini menukilkan perkataan al Mahlabi  : “Dalam hadits ini terdapat keutamaan Mu’awiyah, karena beliau termasuk orang yang pertama yang turut  berperang dalam armada laut.”[2]

4. Salah satu juru tulis Nabi

Abu Sufyan berkata, “‘Wahai Nabiyullah berikanlah tiga perkara kepadaku?’” Beliau menjawab, ‘Ya’. (salah satunya) Kata Abu Sufyan :

وَمُعَاوِيَةُ تَجْعَلُهُ كَاتِبًا بَيْنَ يَدَيْكَ

Jadikanlah Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis di sisimu?’ Beliau menjawab, ‘Ya. (HR.Muslim).

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :

معاوية رضي الله عنه كاتبه وصاحبه وصهره وأمينه على وحيه عز وجل

Muawiyah radhiyallahu ‘anhu adalah penulis wahyu beliau, sahabat beliau, ipar beliau, dan kepercayaan beliau untuk mencatat wahyu Allah ’azza wa jalla.[3]

5. Berstatus sebagai shahabat Nabi

Keutamaan status sebagai shahabat dari Rasulillah adalah keutamaan terbesar beliau. Karena dengan demikian, hadits-hadits tentang keutamaan para shahabat akan mencakup diri beliau pula. Diantaranya ketika Rasulullah shallahu’alaihi wassalam bersabda :


لا تَسُبُّوا أصحابي، فلو أنّ أَحدَكُم أنفقَ مِثلَ أُحُدٍ ذَهَبا ما بَلَغَ مُدَّ أحَدِهمْ ولا نَصيفَه

“Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku, karena kalaulah seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas seperti gunung Uhud besarnya, niscaya hal itu tidak sebanding dengan infaq yang mereka keluarkan meski hanya seberat satu mud, tidak pula separuhnya.” (Muttafaq ‘alaihi)

Pernah ada yang mengadukan tentang amaliyah Muawiyah kepada Ibnu Abbas, yakni ia terkadang mengerjakan witir hanya satu raka’at. Maka Ibnu Abbas memberikan jawaban :

دَعْهُ فَإِنَّهُ قَدْ صَحِبَ رَسُوْلِ اللهِ

 “Biarkanlah dia, sesungguhnya ia pernah membersamai Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wasallam “.  (HR. Bukhari)

Imam Mu’afa bin Imran pernah ditanya : “Apakah Umar bin Abdul Aziz sebanding dengan Muawiyah bin Abi Sufyan?”

Seketika itu beliau marah sambil menjawab :

لا يقاس بأصحاب محمد صلى الله عليه وسلم أحد، معاوية رضي الله عنه كاتبه وصاحبه وصهره وأمينه على وحيه عز وجل

“Tak sepantasnya siapapun disandingkan dengan para sahabat Muhammad shallallahu‘alaihi wasallam. Muawiyah radhiyallahu ‘anhu adalah penulis wahyu beliau, sahabat beliau, ipar beliau, dan kepercayaan beliau untuk mencatat wahyu Allah ’azza wa jalla.[4]

Hal yang sama pernah ditanyakan kepada al Imam Abdullah bin Mubarak, tentang siapa yang lebih utama antara Muwaiyah atau Umar bin Abdul Aziz, maka beliau menjawab :

لتراب في منخري معاوية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم خير وأفضل من عمر بن عبد العزيز

Sungguh debu yang masuk ke hidungnya Muawiyah saat membersamai Rasulullah, lebih baik dan lebih afdhal dari pada Umar bin Abdul Aziz.”[5]

6. Ahli agama dan berakhlaq Mulia

Umar bin Khattab ketika mengangkatnya menjadi gubernur Syam berkata :


لاَ تَذْكُرُوا مُعَاوِيَةَ إِلاَّ بِخَيْرٍ

“Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan.”[6]

 

Ibnu Abbas berkata tentangnya :

أَصَابَ، إِنَّهُ فَقِيهٌ

”Beliau orang yang jujur dan seorang yang faqih.” (HR. Bukhari)

Qubaishah bin Jabir berkata,

صحبت معاوية، فما رأيت رجلا أثقل حلما، ولا أبطأ جهلا، ولا أبعد أناة منه

 

“Aku telah bersahabat dengan Muawiyah, belum pernah aku melihat orang yang paling besar kesantunannya, paling sedikit kesalahannya dan tepat dalam mengambil keputusan selain Mu’awiyah.”[7]

 

Muawiyah meriwayatkan hadits dari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam sebanyak 163 hadits, yang tercantum dalam Bukhari ada 4 hadits, sedangkan Muslim 5 hadits.

7. Pemimpin yang baik dan cakap

Cukuplah bukti atas keahliannya dalam memimpin ketika ia dipercaya oleh tiga khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman untuk menjadi gubernur selama 20 tahun, dan setelahnya ia menjadi khalifah juga selama 20 tahun. Disebutkan bahwa masa kekhalifahannya adalah masa paling nyaman yang dirasakan oleh kaum muslimin setelah lelah oleh pertikaian.

Abdullah bin Abbas pernah berkata :

ما رأيت رجلا كان أخلق للملك من معاوية، كان الناس يردون منه على أرجاء واد رحب، لم يكن بالضيق، الحصر، العصعص المتغضب

 Belum pernah saya dapati orang yang lebih ahli dalam mengatur negara, selain Mu’awiyah. Orang-orang mendatanginya dengan perasaan senang tanpa merasa sempit, tertekan, gelisah ataupun marah.”[8]

Pernah disebut-disebut kepada Imam al A’masy tentang keadilan Umar bin Abdul Aziz, maka beliau berkata, “Bagaimana pula kekaguman kalian seandainya mendapati  masa Mu’awiyah saat ia memerintah.” Mereka berkata, “Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya saat memimpin ?”

Imam A’masy menjawab : “Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya.”[9]

            Imam Mujahid rahimahullah mengatakan tentangnya :

لو رأيتم معاوية لقلتم هذا المهدي

Andai kalian melihat Muawiyah, niscaya kalian akan menyangka dia itu  imam Mahdi.”[10]

Bahkan sayidina Ali bin Abi Thalib sendiri mengakui akan hal ini. Sebuah riwayat menyebutkan, setelah selesai dari perang Shifin melawan Muawiyah beliau berkata :

أيها الناس، لا تكرهوا إمارة معاوية، فإنكم لو فقدتموه رأيتم الرءوس تندر عن كواهلها كأنها الحنظل

 “Wahai manusia janganlah kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah karena sesungguhnya kalau kalian kehilangan Mu’awiyah, niscaya kalian akan melihat kepala-kepala manusia terlepas dari badan-badan seperti buah hanzhal.”[11]

Bersambung...




[1] Al Fatawa (4/458).

[2] Fathul Bari (6/102)

[3] Asy Syariah, (5/2466).

[4]  Asy Syariah, (5/2466)

[5] Al Bidayah wa An Nihayah (8/139)

[6] Al Bidayah wa Nihayah ( 8/122).

[7] Ibnu Asakir (16/367).

[8] Tarikh Dimasyqi (59/175), Siyar A’lam Nubala (3/153).

[9] As Sunnah (1/4370).

[10] Al Bidayah wa An Nihayah (11/438).

[11] Bidayah wa Nihayah (11/430).

Friday 11 November 2022

DIA SANG KHALIFATUR RASYIDIN YANG KELIMA


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

1. Beliau adalah khalifah yang sah menurut kesepakatan para ulama ahlussunnah. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa khalifaturrasyidin selain empat shahabat yang disepakati yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, ada khalifah yang kelima, beliau adalah sayidina Hasan bin Ali radhiyallahu'anhu.

 

Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi :

الْخِلاَفَةُ فِى أُمَّتِى ثَلاَثُونَ سَنَةً

“Khilafah di tengah umatku berlangsung selama 30 tahun.” (HR. Ahmad)

 

2. Abul Izz al Hanafi ketika merinci masa 30 tahun dari masa kekhalifahan berkata :

~ Abu Bakar Shidiq 2 tahun  3 bulan

~ Umar bin Khattab 10 tahun 6 bulan

~ Utsman bin Affan 12 tahun

~ Ali bin Abi Thalib 4 tahun 9 bulan

Total keseluruhan masal khilafah rasyidah adalah 29 tahun 6 bulan. Lalu Hasan memerintah selama 6 bulan, maka genaplah 30 tahun.

 

3. Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

والدليل على أنه أحد الخلفاء الراشدين الحديث الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً وإنما كملت الثلاثون بخلافة الحسن بن علي

Dalil yang menyatakan bahwa Hasan adalah termasuk Khalifatur  Rasyidin adalah hadits "Kekhalifahan setelahku akan berlangsung selama 30 tahun, setelah itu adalah kerajaan". Yakni tahun yang dijalani oleh Khalifatur Rasyidin (yang disepakati) lalu digenapkan oleh masa Hasan bin Ali.

4. Ibnu Hajar al Haitsami rahimahullah berkata :

هو آخر الخلفاء الراشدين ...خليفة حق وإمام ...وأنها جزء مكمل لخلافة النبوة التي أخبر النبي (صلى الله عليه وسلم) والتي مدتها ثلاثون سنة.

Hasan bin Ali adalah khalifah Rasyidah. Ia adalah pemimpin yang baik dan adil. Hasan menggenapkan masa 30 tahun dari kekhalifahan yang dikhabarkan oleh Nabi shallahu’alalihi wassalam yang akan berlangsung selama 30 tahun.

5. Di zaman beliau, umat kaum muslimin terpolarisasi menjadi dua kelompok besar: Pertama, kelompok pendukung dirinya dan yang kedua pendukung Mu‘awiyah bin Abu Sufyan. Keduanya dibaiat menjadi amirul mukminin dan dipandang sebagai khalifah yang sah oleh pendukung masing-masing.

Namun sayidina asan bin Ali kemudian memilih mengalah dan menyerahkan kepada Muawiyah tampuk kepemimpinan untuk umat Islam. Padahal jika beliau mau untuk terus bersikukuh dan menempuh jalan konfrontasi, besar kemungkinan kemenangan akan berpihak kepadanya.

6. Apa yang dilakukan oleh Hasan ini telah diberitakan oleh Nabi shalallahu’alaihi wassalam sebelumnya dalam sabdanya :

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Cucuku ini adalah calon pemimpin besar. Dalam hidupnya dia akan mendamaikan antara antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai.” (HR Ahmad)

Dan keputusan beliau ini berdasarkan pemahaman hadits di atas adalah benar dan yang pilihan yang diridhai oleh Allah ta’ala, meskipun menimbulkan kekecewaan yang mendalam kepada para pendukung dan loyalisnya.

7. Sayidina Hasan bin Ali radhiyallahu'anhu adalah sosok yang shalih, wara dan sangat takut kepada Allah. Sebuah riwayat menyebutkan, bila selesai dari berwudhu kulit Hasan berubah menjadi pucat pasi. Ketika ditanyakan kepadanya apa sebabnya, beliau menjawab : "Sebentar lagi aku akan menghadap dzat yang memiliki Arsy."

Mazib bin Hausab berkata : "Aku belum lernah melihat ada sosok yang begitu takut kepada Allah melebihi Hasan bin Ali dan Umar bin Abdul Aziz. Seolah-olah neraka diciptakan hanya untuk mereka berdua."[1]

8. Beliau adalah orang yang juga dikenal sangat zuhud terhadap dunia. Cukuplah menjadi bukti dari itu semua, ketika ia memilih mengalah mengundurkan diri dari kekhalifahan demi menjaga agar tidak terjadi pertumpahan darah pada tahun 41 H.

Ketika beliau ditanya alasan mundur dari jabatan khlifah, Hasan bin Ali menjawab :

كانت جماجم العرب في يدي، يسالمون من سالمت، ويحاربون من حاربت، فتركتها لله

"Aku mendapatkan dukungan dari banyak orang arab yang mereka siap mendukung ketika aku berdamai dengan siapapun atau memerangi siapapun yang ingin aku perangi. Namun aku meninggalkannya semata-mata mengharap ridha Allah."[2]

Dalam riwayat lain beliau berkata : "Aku khawatir ada 70.000 atau 80.000 atau bahkan lebih banyak yang urat lehernya berlumuran darah, lalu menuntutku di hadapan Allah."

9. Saat ia terus didesak oleh pendukungnya agar tetap bertahan memegang tampuk kekhalifahan, beliau menjawab dengan tegas : "Aku tak ingin memiliki tangan yang berlumuran darah. Aku tak ingin mendapatkan sesuatu dengan mengorbankan kaum muslimin. Aku sudah tahu apa saja yang menguntungkanku dan apa yang merugikanku. Pulanglah kalian semua !"

10. Sayidina Hasan adalah sosok yang sangat pemurah lagi dermawan. Ciri khas yang melekat kuat pada para pemimpin-pemimpin yang baik. Ia kerap kali membagi-bagikan harta dalam jumlah yang sangat banyak. Ibnu Sirin mengatakan :

وكان يعطي الرجل الواحد مائة ألف

"Kadang kala Hasan membagikan uang hingga 100.000 dirham (7 milyar)  hanya kepada satu orang."[3]

Sa'id bin Abdul Aziz berkata :

سمع الحسن بن علي رجلا إلى جنبه يسأل الله أن يرزقه عشرة آلاف درهم، فانصرف، فبعث بها إليه

"Pernah ada orang yang berdo'a kepada Allah meminta  10.000 dirham (700.000 juta) , Hasan yang mendengar do'a tersebut bergegas pulang dan memberikan uang sejumlah itu kepada orang tersebut."[4]

Bersambung...



[1] Thabaqat al Kubra (5/398)

[2] Siyar A’lam Nubala (3/274)

[3] Tahdzib al Kamal (6/234)

[4] Siyar A’lam Nubala (3/260)

Wednesday 2 November 2022

TEGURAN ABDUL MALIK KEPADA HAJJAJ BIN YUSUF

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Sebenarnya ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa khalifah yang berkuasa dari dinasti umayyah di zamannya Hajjaj, yakni Abdul Malik bin Marwan telah memeberikan teguran kepadanya atas kedzaliman yang ia lakukan. Diantaranya riwayatnya adalah :

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu  pernah mengirimkan surat mengadukan kedzaliman Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi kepada khalifah Abdul Malik bin Marwan.

إني خدمت النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تسع سنين، والله لو أن اليهود والنصارى ‌أدركوا ‌رجلاً خدم نبيهم لأكرموه

“Aku telah melayani Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam selama 9 tahun. Demi Allah seandainya orang-orang Yahudi dan Nashrani mendapati hari ini seseorang yang pernah melayani nabi-nabi mereka, niscaya mereka akan memuliakannya.”[1]

Abdul Malik bin Marwan ketika menerima surat tersebut marah besar, ia segera memerintahkan juru tulisnya untuk membalas surat tersebut. Kepada sayidina Anas bin Malik ia ia menuis surat yang bunyinya :

من عبد الملك بن مروان أمير المؤمنين إلى انس بن مالك خادم رسول الله (صلى الله عليه وسلم) أما بعد فقد قرأت كتابك وفهمت ما ذكرت من شكاتك للحجاج وما سلطه عليك ولا أمرته بالاساءة اليك قال فان عاد لمثلها فاكتب الي بذلك انزل به عقوبتي وتحسن لك معونتي والسلام

“Dari Abdul Malik bin Marwan, Amirul Mukminin kepada Anas bin Malik pelayannya Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Amma Ba’du. Aku telah membaca suratmu dan telah memahami isinya, yakni pengaduanmu atas sikap Hajjaj yang telah berbuat aniyaya kepadamu, Padahal aku tidak pernah memerintahkan perbuatan buruk itu kepadanya.

Maka jika ia mengulang perbuatan buruk itu kepadamu, segeralah tulis surat lagi maka aku akan menolongmu dengan pertolongan terbaik dan akan menghukumnya. Wassalam.”[2]

Sedangkan kepada Hajjaj bin Yusuf isi suratnya adalah :

بسم الله الرحمن الرحيم من عبد الملك بن مروان أمير المؤمنين إلى الحجاج بن يوسف أما بعد فانك عبد طمت بك الأمور فسموت فيها وعدوت طورك وجاوزت قدرك وركبت داهية أدا واردت أن تبرزني

“Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Dari Abdul malik bin Marwan, Amirul mukminin kepada Hajjaj bin Yusuf. Amma Ba’du.

Engkau ini budak yang merusak dan mengacaukan urusan, membuat jalan pertikaian, yang itu semua melampaui kemampuanmu untuk mengatasinya. Dan dengan itu semua engkau ingin memperdayaku.

فلعنك الله عبدا اخفش العينين منقوض الجاعرتين أنسيت مكاسب آبائك بالطائف وحفرهم الآبار ونقلهم الصخر على ظهورهم في المناهل

Laknat Allah atas engkau wahai orang yang memiliki pandangan mata yang jelek seakan ia terletak bokongnya. Apakah engkau lupa sejarah nenek moyangmu yang dahulu di Thaif yang kerja mereka adalah menggali sumur dan mengangkat bebatuan di punggung-punggung mereka ?

يا ابن المستفرمة بعجم الزبيب والله لأغمزنك غمز الليث الثعلب والصقر الأرنب وثبت على رجل من أصحاب رسول الله (صلى الله عليه وسلم) بين اظهرنا

“Wahai anak budak yang seakan ia hanya biji yang ada di kismis, Demi Allah engkau seperti kelinci mungil yang sedang mencari masalah dengan seekor singa yang ganas dan elang yang buas.

Telah tetap bagi kami jasa semua shahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam atas setiap kemenangan kami saat ini.

والله لو ‌أن ‌اليهود ‌والنصارى ‌رات ‌رجلا ‌خدم ‌عزير ‌بن ‌عزرة وعيسى بن مريم لعظمته وشرفته واكرمته فكيف وهذا انس بن مالك خادم رسول الله (صلى الله عليه وسلم) خدمه ثمان سنين يطلعه على سره ويشاوره في آمره ثم هو مع هذا بقية من بقايا اصحابه

Demi Allah seandainya orang-orang yahudi bertemu seorang laki-laki yang pernah menjadi pelayan Uzair bin Azurah atau orang Nashrani melihat orang yang pernah melayani Isa bin Maryam, niscaya mereka akan mengagungkan dan muliakannya. Lalu bagaiamana (engkau akan merendahkan) Anas bin Malik seorang pelayan Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, yang telah melayani Nabi selama 8 tahun yang mengetahui sebagian rahasia Nabi, bermusyawarh dengannya, dan dia adalah shahabat Nabi yang masih tersisa hati ini.

 فإذا قرأت كتابي هذا فكن اطوع له من خفه ونعله وألا اتاك مني سهم مشكل بحتف قاض و" ولكل نبأ مستقر وسوف تعلمون

Jika engkau telah membaca suratku ini, jadilah engkau tunduk kepadanya melebihi rendahnya sepatu dan sandalnya, jika tidak, aku akan datangkan kepadamu sebuah anak panah yang lebih bermasalah dari pada tongkatnya hakim. ‘Untuk setiap berita,ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.[3]

Ketika Hajjaj menerima surat dari utusan khalifah Abdul Malik dan membacanya, ia lalu bertanya kepada utusan tersebut : “Apakah benar amirul mukminin menulis seperti ini ?”

Utusan itu menjawab : “ Iya demi Allah. Dan apa yang nampak di wajahnya lebih mengerikan dari isi surat tersebut.”

Hajaj lalu berkata, “Aku mendengar dan akan taat.”

Ia lalu bergegas melakukan perjalanan untuk menemui Anas bin Malik dan meminta maaf kepadanya.

 

Pernah Abdul Malik bin Marwan berkata kepada Hajjaj bin Yusuf :

إنه ما من أحد إلا وهو يعرف عيب نفسه، فصف لي عيب نفسك.

“Setiap orang pasti mengetahui aib kekurangan dirinya, coba sebutkan aib kekuranganmu.”

Hajjaj berkata, “Maafkan aku wahai amirul mukimin” dengan enggan dia mengatakan :

أنا لجوج حقود حسود.

“Aku adalah peneror, penebar permusuhan lagi tukang hasad.”

Maka Abdul malik mengomentari :

 ‌إذا ‌بينك ‌وبين ‌إبليس ‌نسب

“Jika demikian engkau memang satu geris keturunan dengan iblis.”[4]

Wallahu a’lam.

 


[1] Siyar A’lam Nubala (3/402).

[2] Tarikh Damasyqi (12/172)

[3] Tarikh Damasyqi (12/173)

[4] Bidayah wa Nihayah (12/535)