Lewat seri tulisan sederhana ini, saya akan membagi bahasan tentang Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu menjadi beberapa bab ringkas, yakni :
Pertama, kedudukan dan keutamaannya
Kedua, kegemilangan kariernya sebelum menjadi khalifah
Ketiga, kemakmuran di masa pemerintahannya
Keempat, beberapa kekeliruan dan kontroversi ijtihad politiknya
Kelima, jasa besarnya untuk Islam dan muslimin
Keenam, beberapa kisah unik tentang Muawiyah
Ketujuh, akhir hayat dan suksesi Yazid sebagai penggantinya.
Kedelapan, Hadits palsu baik celaan maupun sanjungan kepadanya
kedudukan dan keutamaannya
1.Ikut serta dalam perang Hunain
Keikutsertaan dalam perang ini telah menjadikan beliau termasuk orang-orang yang dipuji oleh Allah dengan dijanjikan balasan yang lebih baik, yakni dalam ayat ke 10 dari surah al Hadid dan disebut sebagai orang beriman yang diberi ketenangan dalam surah at Taubah ayat ke-26.[1]
ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَه عَلٰى رَسُوْلِه وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu...”
لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ اُولٰۤىِٕكَ اَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ اَنْفَقُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَقَاتَلُوْا وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰ
“...Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik...”
2. Mendapatkan do’a kebaikan dari Nabi
Diantara beberapa do’a Nabi kepada Muawiyah adalah, pertama riwayat Tirmidzi :
اللَّهُمَّ
اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai pemberi petunjuk, orang yang mendapat petunjuk, dan berilah orang lain petunjuk melalui dia.”
Yang kedua, riwayat imam Ahmad :
اللهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ
“Ya Allah, ajarkanlah Mu’awiyah ilmu tulis dan hitung, serta peliharalah dia dari siksa.”
3.Termasuk yang mendapat jaminan dari Nabi
أَوَّلُ
جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا
“Pasukan pertama dari umatku yang turut dalam peperangan di laut, telah dipastikan bagi mereka (syurga).” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar al Asqalani ketika menjelaskan hadits ini menukilkan perkataan al Mahlabi : “Dalam hadits ini terdapat keutamaan Mu’awiyah, karena beliau termasuk orang yang pertama yang turut berperang dalam armada laut.”[2]
4. Salah satu juru tulis Nabi
Abu Sufyan berkata, “‘Wahai Nabiyullah berikanlah tiga perkara kepadaku?’” Beliau menjawab, ‘Ya’. (salah satunya) Kata Abu Sufyan :
وَمُعَاوِيَةُ تَجْعَلُهُ كَاتِبًا بَيْنَ يَدَيْكَ
‘Jadikanlah Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis di sisimu?’ Beliau menjawab, ‘Ya.” (HR.Muslim).
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
معاوية رضي الله عنه كاتبه وصاحبه وصهره وأمينه على وحيه عز وجل
“Muawiyah radhiyallahu ‘anhu adalah penulis wahyu beliau, sahabat beliau, ipar beliau, dan kepercayaan beliau untuk mencatat wahyu Allah ’azza wa jalla.”[3]
5. Berstatus sebagai shahabat Nabi
Keutamaan status sebagai shahabat dari Rasulillah adalah keutamaan terbesar beliau. Karena dengan demikian, hadits-hadits tentang keutamaan para shahabat akan mencakup diri beliau pula. Diantaranya ketika Rasulullah shallahu’alaihi wassalam bersabda :
لا
تَسُبُّوا أصحابي، فلو أنّ أَحدَكُم أنفقَ مِثلَ أُحُدٍ ذَهَبا ما بَلَغَ مُدَّ
أحَدِهمْ ولا نَصيفَه
“Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku, karena kalaulah seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas seperti gunung Uhud besarnya, niscaya hal itu tidak sebanding dengan infaq yang mereka keluarkan meski hanya seberat satu mud, tidak pula separuhnya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Pernah ada yang mengadukan tentang amaliyah Muawiyah kepada Ibnu Abbas, yakni ia terkadang mengerjakan witir hanya satu raka’at. Maka Ibnu Abbas memberikan jawaban :
دَعْهُ فَإِنَّهُ قَدْ صَحِبَ رَسُوْلِ اللهِ
“Biarkanlah dia, sesungguhnya ia pernah membersamai Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wasallam “. (HR. Bukhari)
Imam Mu’afa bin Imran pernah ditanya : “Apakah Umar bin Abdul Aziz sebanding dengan Muawiyah bin Abi Sufyan?”
Seketika itu beliau marah sambil menjawab :
لا يقاس بأصحاب محمد صلى الله عليه وسلم أحد، معاوية رضي الله عنه كاتبه وصاحبه وصهره وأمينه على وحيه عز وجل
“Tak sepantasnya siapapun disandingkan dengan para sahabat Muhammad shallallahu‘alaihi wasallam. Muawiyah radhiyallahu ‘anhu adalah penulis wahyu beliau, sahabat beliau, ipar beliau, dan kepercayaan beliau untuk mencatat wahyu Allah ’azza wa jalla.”[4]
Hal yang sama pernah ditanyakan kepada al Imam Abdullah bin Mubarak, tentang siapa yang lebih utama antara Muwaiyah atau Umar bin Abdul Aziz, maka beliau menjawab :
لتراب في منخري معاوية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم خير وأفضل من عمر بن عبد العزيز
”Sungguh debu yang masuk ke hidungnya Muawiyah saat membersamai Rasulullah, lebih baik dan lebih afdhal dari pada Umar bin Abdul Aziz.”[5]
6. Ahli agama dan berakhlaq Mulia
Umar bin Khattab ketika mengangkatnya menjadi gubernur Syam berkata :
لاَ
تَذْكُرُوا مُعَاوِيَةَ إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan.”[6]
Ibnu Abbas berkata tentangnya :
أَصَابَ، إِنَّهُ فَقِيهٌ
”Beliau orang yang jujur dan seorang yang faqih.” (HR. Bukhari)
Qubaishah bin Jabir berkata,
صحبت معاوية، فما رأيت رجلا أثقل حلما، ولا أبطأ جهلا، ولا أبعد أناة منه
“Aku telah bersahabat dengan Muawiyah, belum pernah aku melihat orang yang paling besar kesantunannya, paling sedikit kesalahannya dan tepat dalam mengambil keputusan selain Mu’awiyah.”[7]
Muawiyah meriwayatkan hadits dari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam sebanyak 163 hadits, yang tercantum dalam Bukhari ada 4 hadits, sedangkan Muslim 5 hadits.
7. Pemimpin yang baik dan cakap
Cukuplah bukti atas keahliannya dalam memimpin ketika ia dipercaya oleh tiga khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman untuk menjadi gubernur selama 20 tahun, dan setelahnya ia menjadi khalifah juga selama 20 tahun. Disebutkan bahwa masa kekhalifahannya adalah masa paling nyaman yang dirasakan oleh kaum muslimin setelah lelah oleh pertikaian.
Abdullah bin Abbas pernah berkata :
ما رأيت رجلا كان أخلق للملك من معاوية، كان الناس يردون منه على أرجاء واد رحب، لم يكن بالضيق، الحصر، العصعص المتغضب
“Belum pernah saya dapati orang yang lebih ahli dalam mengatur negara, selain Mu’awiyah. Orang-orang mendatanginya dengan perasaan senang tanpa merasa sempit, tertekan, gelisah ataupun marah.”[8]
Pernah disebut-disebut kepada Imam al A’masy tentang keadilan Umar bin Abdul Aziz, maka beliau berkata, “Bagaimana pula kekaguman kalian seandainya mendapati masa Mu’awiyah saat ia memerintah.” Mereka berkata, “Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya saat memimpin ?”
Imam A’masy menjawab : “Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya.”[9]
Imam Mujahid rahimahullah mengatakan tentangnya :
لو رأيتم معاوية لقلتم هذا المهدي
“Andai kalian melihat Muawiyah, niscaya kalian akan menyangka dia itu imam Mahdi.”[10]
Bahkan sayidina Ali bin Abi Thalib sendiri mengakui akan hal ini. Sebuah riwayat menyebutkan, setelah selesai dari perang Shifin melawan Muawiyah beliau berkata :
أيها الناس، لا تكرهوا إمارة معاوية، فإنكم لو فقدتموه رأيتم الرءوس تندر عن كواهلها كأنها الحنظل
“Wahai manusia janganlah kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah karena sesungguhnya kalau kalian kehilangan Mu’awiyah, niscaya kalian akan melihat kepala-kepala manusia terlepas dari badan-badan seperti buah hanzhal.”[11]
Bersambung...
[1] Al Fatawa (4/458).
[2] Fathul Bari (6/102)
[3] Asy Syariah, (5/2466).
[4] Asy Syariah, (5/2466)
[5] Al Bidayah wa An Nihayah (8/139)
[6] Al Bidayah wa Nihayah ( 8/122).
[7] Ibnu Asakir (16/367).
[8] Tarikh Dimasyqi (59/175), Siyar A’lam Nubala (3/153).
[9] As Sunnah (1/4370).
[10] Al Bidayah wa An Nihayah (11/438).
[11] Bidayah wa Nihayah (11/430).