Sunday 18 June 2017

TUDUHAN TERORIS ITU TERLALU ROMANTIS


Dicap sebagai gerakan radikal, bukan hal baru bagi Ikhwanul Muslimin. Sejak berdirinya di separuh abad yang lalu Ikhwan sudah akrab dengan tribulasi. Bahkan bukan hanya sekedar dicap sebagai teroris, di negeri asalnya Mesir gerakan dakwah ini mengalami nasib yang sangat tragis.
Para tokohnya ditangkap, dijebloskan kepenjara tanpa proses pengadilan, anggotanya dikejar-kejar. Mereka dianiyaya dengan ragam siksaan nan pedih sampai dibunuh. Bahkan sang pendiri, Hasan al Banna ditembak dijalanan dan  Sayid qutub mati ditiang gantungan.

Nasib para kader Ikhwan ternyata tidak jauh berbeda di negeri-negeri lainnya. Dinyatakan sebagai organisasi terlarang, korannya dibredel, kantornya ditutup, anggotanya dipenjara. Pendek kata, berbagai upaya untuk melenyapkan gerakan Ikhwan dilakukan. Tragedi yang menimpa Ikhwan itu sudah komplit. Mereka sudah sangat kenyang dengan segala bentuk kedzaliman, yang bukan hanya dari kaum kuffar namun juga dari para penguasa yang tidak ingin diusik singgasananya.

Maka jika hari ini ada satu dua bibir yang nyiyir terhadap Ikhwan dan perjuangannya, itu mah sudah sangat biasa. Karena yang menimpa mereka bukan hanya sekedar tuduhan teroris, tapi sudah diperlakukan dan dihukum sebagai teroris. Jadi kalau cuma dicap teroris rasanya itu terlalu romantis...

Namun anehnya, semakin  gerakan ini ditekan, justru semakin berkembang. Semakin digilas dan berusaha dibabat habis malah kian eksis. Di berbagai negeri, gerakan ini justru menggeliat bangkit. Kemenangan demi kemenagan merek torehkan. Bahkan di Mesir gerakan ikhwan menjadi jama’ah yang paling digandrungi dan dicintai rakyat Mesir. Cukuplah sebagai bukti ketika Ikhwanul Muslimin memenangkan pemilu disana. Ini yang membuat lawan-lawannya tak habis pikir, koq bisanya ?

Demikianlah, makar manusia sedahsyat dan sehebat apapun tetaplah selemah sarang laba-laba. Tuduhan dan permusuhan tidak akan menjadikan kecuali datangnya pertolongan dari ar Rahman bagi pemilik kesabaran.

Jama’ah ini telah membuktikan kesabarannya sepanjang sejarah perjuangannya. Ketika awal tribulasi mereka dibantai dengan keji, mereka memilih bersabar dan tidak melakukan pemberontakan. Ketika pemerintahan yang sah hasil kemenangan mereka dikudeta, jama’ah ini hanya koar-koar menyuarakan suara dijalanan. Lalu ketika demo mereka dibubarkan paksa dengan cara ditembaki, darah bersimbah, ribuan korban berjatuhan, melawankah mereka ? Tidak, mereka hanya bisa lari.
Bagi pemiliki akal yang hendak mengetahui hakikat jama’ah Ihwanul Muslimin sebenarnya tidaklah sulit. Karya-karya besar dari para  ulamanya telah mengisi dan memenuhi rak-rak buku para pelajar hari ini. Sumbangsih mereka untuk umat ini tidak perlu diragukan lagi.  Siapa yang masih asing dengan pemilik nama Syaikh Yusuf al Qaradhawi pemilik karya-karya fenomenal seperti Fiqh zakat ? Siapa orangnya yang belum mengunyah karya-karya dari Sayid Sabiq seperti Fiqhus sunnah ?   Adakah yang masih asing dari asy Syaikh Mustafa As-Siba'i, Sayid Quthb, al ‘alamah Said Ramadhan al Buthi, Fathi Yakan, Said Hawwa dan ulama sekaliber Muhammad Al-Ghazali ?

Bacalah karya ulama mereka, lalu enduslah bau terorisme yang dituduhkan itu dengan analisa akal sehat. Pasti antum akan terperangah, karena justru  kita akan dapati mereka mengajarkan Islam ini dengan sedemikian indah, damai, penuh toleransi, sebagaimana tuntunan al Qur’an dan as Sunnah yang hakiki.

            Namun demikian, bukan berarti Jama’ah Ikhwan tanpa aib dan cela. Dan tulisan ini sama sekali bukan untuk mensucikan jama’ah Ikhwanul Muslimin yang tentu tidak luput dari cacat,  karena mereka bukan kumpulan malaikat, mereka manusia biasa seperti kita yang penuh kekurangan dan kealpaan.

            Namun, agama telah mengajari kita, cela saudara bukan untuk dihujat, tapi untuk disikapi dengan untaian nasehat.

Semoga bermanfaat.