يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum dengan kebodohan yang menyebabkan
kamu akan menyesal.” (Al Hujurat : 6).
Berhati-hati dari berita fasik
Lewat ayat ini
seorang muslim diperintahkan untuk senantiasa tabayyun atas setiap informasi yang ia dapatkan, tidak
menelan mentah-mentah, terlebih bila informasinya berisi kefasikan. Dan yang
dimaksudkan dengan fasik ada dua kemungkinan, yang pertama pembawa beritanya
orang fasik dan yang ketiga isi beritanya fasik.
1. Pembawa beritanya orang fasik
Di belantara
dunia sosmed dimana kefasikan meraja lela,
media yang anti Islam, banyaknya orang iseng, kedengkian meraja lela dan
sebagainya, sudah selayaknya kita berhati-hati dalam menerima broadcast
informasi. Jika memang belum valid, memang tidak serta merta harus ditolak,
tapi tidak juga harus langsung dibenarkan apalagi disebarkan.
2. Beritanya fasik
Yang kedua
sangat mungkin berita yang fasik dibawa oleh orang shalih. Karena siapapun bisa
salah atau lupa. Dia bukan sumber pertama, dia hanya meneruskan informasi, dan
tidak semua orang baik memiliki kepekaan dan selektif dalam menerima informasi.
Akibat tidak selektif dalam
menerima berita
Seseorang yang
gegabah dalam menerima berita, tidak kroscek terlebih dahulu kebenarannya, dan
tidak mau menimbang nilai manfaat dan mudharat dari menyebarkannya, disifati oleh Allah dengan dua kata : (1) Bodoh
dan (2) menyesal.
Secerdas apapun seseorang, bila dia tidak punya
kepekaan dalam mengelola berita, hakikatnya dia bodoh. Karena tanda dari
ke-aliman adalah kehati-hatian. Dan akibat dari bermudah-mudah dalam
mem-broadcast, men-share dan copy paste adalah penyesalan yang berekpanjangan
bagi pelakunya. Dia akan menyesal bahkan ketika telah bertaubat, karena tidaklah
mudah menarik kembali berita dusta yang pernah ia sebarkan. Dia akan menyesal
karena masalahnya begitu banyak kelak diakhirat, berupa tuntutan orang-orang
yang dirugikannya karena berita palsu yang ia turut andil di dalamnya.
Maka saudaraku, berhati-hatilah
dalam menyebarkan berita.
Wallahu musta’alan.