Tuesday, 20 September 2016

MESKI KAFIR TAPI ...



Kita punya seorang pembantu yang sangat ideal. Pembantu ini ramah, elegan, sopan dan sangat baik dengan rekan-rekannya. Di dunia per-pembantu-an kompleks perumahan tempat tinggal kita, dia terkenal supel. Setiap ada pembantu lain yang mengalami masalah dia pasti akan terdepan untuk turun tangan.

Ketika ada tamu berkunjung ke rumah kita, dia layani dengan baik. Setiap ada tetangga atau pedagang lewat depan rumah akan ia sapa dengan ramah. Demikian juga disela-sela waktu longgarnya,  dia gunakan waktunya membantu siapapun yang kerepotan.
Kerjaannya juga cekatan, rapi dan dia rajin sekali. Pendek kata pembantu kita ini hampir tanpa cela, semua sempurna. Dan dari kesempurnaan itu dia hanya punya satu kekurangan. Hanya satu, yaitu : dia tidak mau taat kepada kita !

Dia melakukan semua aktivitas dan kerja sekehendaknya. Ketika kita menyuruh untuk membuatkan hidangan nasi goreng dia buatnya rawon, kita pesannya ikan bakar yang dia hidangkan telur asin. Ketika kita protes : “Mbak kenapa saya pesan A diberinya B ? “ dia jawab, “Maaf tuan saya maunya buat B.”

Pokoknya semuanya sekehendaknya. Saat kita sedang di kamar, tiba-tiba dia masuk dan mengepel kolong tempat tidur, padahal saat itu kita sedang beristirahat dengan pasangan kita. Subhanallah kira-kira apa tindakan kita terhadap pembantu yang ‘sangat sempurna’ ini ?
Satu kata : pecat ! Kita tidak akan rela serumah dengan pembantu yang tidak patuh kepada kita. Yang katanya dia punya seribu keistimewaannya tidak akan ada artinya dengan ‘dosa’-nya yang tidak mau taat. 

Lalu bagaimana bila ada pembantu yang bukan hanya tidak taat, tapi tidak mengakui kita sebagai tuannya ? Dia tinggal di rumah kita, makan dari gaji yang kita berikan, tapi bertuan kepada tetangga sebelah rumah. Dia meyakini bahwa rumah kita, mobil kita, bahkan uang yang kita berikan adalah berasal dari tetangga yang dia tuani.
Sungguh pemilik akal yang masih sehat tidak akan bisa menerima. Kita sepakat bulat, bahwa taat kepada pemilik rumah adalah syarat mutlak pembantu.
Tapi anehnya, ada orang yang menerima logika diatas untuk dunia per-pembantu-an, tapi tidak menerima itu untuk logika peng-hamba-an. Lagaknya mensomasi Allah : Mana keadilan Allah ? Kan meskipun kafir dia sangat baik ? Masak tidak ada nilai kebaikannya ? Masak tidak bisa masuk syurga ?

Situ waras ???

Wallahu musta’an.



No comments:

Post a Comment