Sunday 26 February 2023

MANFAAT SAHABAT YANG BAIK

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Ayat al Qur’an

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zukhruf : 67)

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.”  (QS. Al-Kahfi: 28)

Hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا

 “Janganlah engkau bersahabat  kecuali dengan seorang mukmin.” (HR. Tirmidzi)

 

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman dekatnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman dekat kalian.” (HR. Abu Daud)

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ ...فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً


“Perumpamaan sahabat yang baik adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau  mendapatkan bau harum darinya. (Mutafaqqun ‘alaih)


الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (Mutafaqun ‘alaih)

 

Sayidina Umar bin Khattab berkata :

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”[1]

Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata :

عليكم ‌بالإخوان ‌فإنهم ‌عدة ‌في ‌الدنيا ‌والآخرة

“Hendaklah kalian menjaga dengan baik sahabat-sahabat kalian. Karena mereka adalah simpanan di dunia dan di akhirat.”[2]

 

Abu Darda’ berkata :

 

الوحدة خير من جليس السوء، والجليس الصالح خير من الوحدة

 

Menyendiri lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk. Dan berteman dengan orang saleh, lebih baik daripada menyendiri.” [3]

 

Imam Hasan al Bashri berkata :

 

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.”[4]

إخواننا أحب إلينا من أهلنا وأولادنا، لأن أهلنا يذكروننا بالدنيا، وإخواننا يذكروننا بالآخرة

“Sahabat-sahabat kami lebih kami cintai dari keluarga dan anak-anak kami. Karena keluarga membuat kami hanya ingat kepada dunia, sedangkan para sahabat kami mengingatkan akan akhirat.”[5]


Salamah bin Dinar berkata :

 

إن أدنيت أهل الخير ذهب أهل الشر

 

“Jika engkau dekat dengan orang baik, akan pergi darimu orang-orang jahat.”[6]

 

Dzun Nun berkata :

 

بصحبة الصالحين تطيب الحياة, والخير مجموع في القرين الصالح, إن نسيت ذكَّرك, وإن ذكرت أعانك

 

“Dengan berteman dengan orang shalih hidup akan menjadi indah. Dua kebaikan terkumpul pada orang yang shalih, jika engkau lupa dia mengingatkanmu, dan jika engkau ingat dia akan membantumu.”[7]

 

Mimsyad ad Dinawari berkata :

 

‌صحبة ‌أهل ‌الصلاح ‌تورث ‌في ‌القلب ‌الصلاح

 

“Berteman dengan orang baik akan mewariskan hati yang juga menjadi baik.”[8]

 

Al Imam Ghazali berkata :

 

التحابُّ في الله تعالى والأخوَّة في دينه من أفضل القُرُبات



“Saling mencintai dan saling bersaudara karena Allah adalah termasuk sebaik-baiknya ibadah.”[9]

 

Daud bin Nashr ath Tha’i berkata :

صاحب أهل التقوى إن صحبْتَ؛ فإنهم أقل مؤنة، وأحسن معون

 

“Bersahabatlah dengan orang yang bertaqwa, karena jika engkau bersahabat dengan mereka, mereka adalah manusia yang paling sedikit menuntut, tapi sebaliknya paling banyak menolong orang lain.”[10]

 

Abu Hatim berkata :

 

مودة ‌الأخيار ‌سريع ‌اتصالها، بطيء انقطاعها، ومودة الأشرار سريع انقطاعها، بطيء اتصالها

 

“Berteman dengan orang baik, cepat tersambungnya dan sulit terputusnya. Sedangkan berteman dengan orang jahat cepat putusnya, susah memperbaikinya.”[11]



[1] Qutul Qulub (2/360), Silsilah Ulul Himmah (17/11).

[2] Ihya Ulumuddin (2/160)

[3] Syu’ab al iman (7/59)

[4] Lubab fi al Ulum al Kitab (15/54)

[5] Ulul Himmah hal. 335.

[6] Hilyatul Aulia (3/240)

[7] Sifatusshafwah (2/444)

[8] Shifatusshafwah (2/283)

[9] Ihya al Ulumuddin (2/157)

[10] Masalikul Abshar (8/38)

[11] Mausu’ah al Akhlaq hal. 80

MUAMALAHNYA YANG INDAH KEPADA NON MUSLIM

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

1.     Tetangnya Nashrani

Al Imam Hasan al Bashri rahimahullah bertetangga dengan seorang nasrani yang tinggal di tingkat dua bangunan yang mereka tinggali, tepat di atas rumah beliau. Dan dari rumah tetangganya tersebut merembes air kotor yang  berasal dari kamar mandinya tepat menetes ke kamar sang imam.

Untuk mengatasi gangguan ini, imam Hasan meletakkan baskom untuk menampung tetesan air tersebut, jika telah penuh maka akan beliau buang dan baskomnya digunakan untuk menampung rembesan lagi, demikian hal ini berlangsung sekian lama.

Suatu Ketika imam Hasan al Bashri jatuh sakit dan tetangganya yang beragama nasrani itu datang untuk menjenguknya. Dan alangkah kagetnya si nashrani saat melihat ada kebocoran yang lumayan parah berasal dari atap rumah Hasan al Bashri. Yang ia tahu betul bahwa itu berasal dari kamar mandi miliknya.

Si nasrani itu bertanya kepada sang imam,

يا أبا سعيد: مذ كم تحملون منّي هذا الأذى؟

 Wahai Abu Sa’id, sudah berapa lama dirimu menanggung gangguan dariku ini ?”

Sang imam  menjawab,

منذ عشرين سنة

“Sejak 20 tahun yang lalu.”

Seketika itu juga orang tersebut  melepaskan ikat pinggang yang menjadi simbol agamanya dan langsung bersyahadat menyatakan keislamannya.[1]

2. Tetangga Majusi

Suatu hari imam Hasan al Bashri mengunjungi tetangganya yang beragama majusi yang sedang sakit keras. Beliau duduk disampingnya sambil menghibur dan menanyakan keadaan orang tersebut, seraya berkata : “Bagaimana keadaanmu ? Apa yang kamu rasakan ?

Dengan suara lemah tak berdaya majusi itu menjawab,

 لي قلب عليل ولا صحة لي، وبدن سقيم، ولا قوة لي، وقبر موحش ولا أنيس لي، وسفر بعيد ولا زاد لي، وصراط دقيق ولا جواز لي، ونار حامية ولا بدن لي، وجنّة عالية ولا نصيب لي، ورب عادل ولا حجة لي

“Hatiku telah hancur, tubuhku kesakitan, kuburan sedang digali, dan tidak lama lagi aku akan melakukan perjalanan yang sangat jauh. Akan tetapi, aku tidak memiliki bekal apa-apa. Aku tidak akan mampu melewati jembatan shiratal mustaqim dan aku akan dibakar panasnya api neraka. Tidak ada lagi harapan surga bagiku.

Sang imam berkata lembut kepadanya :

  لم لا تسلم حتى تسلم؟

“Mengapa engkau tidak masuk Islam saja sehingga engkau bisa selamat ?”

Majusi itu kembali menjawab : “Dada ini telah terkunci mati, sedangkan kunci pembukanya ada di tangan Sang Pemegang Kunci.”

 Setelah berkata demikian, si majusi ini tiba-tiba pingsan. Melihat itu sang imam lalu berkata lirih membaca berdoa :

إلهي وسيدي ومولاي، إن كان سبق لهذا المجوسي عندك حسنة فعجل بها إليه قبل فراق روحه من الدنيا، وانقطاع الأمل

“Wahai Tuhanku, Tuanku dan Kekasihku. Jika hamba-Mu ini memiliki kebaikan semasa hidupnya, segerakanlah ia bersama kebaikan itu sebelum ajal menjemputnya.”

Setelah pingsan sekian waktu si majusi ini akhirnya siuman. Ia membuka dua matanya lalu berkata, “Wahai Syekh, sesungguhnya si pemegang kunci telah mengirimkan kuncinya melalui utusan yang ada di samping kananmu. Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan-Nya.”

Setelah mengucapkam dua kalimat syahadat, ia pun meninggal dunia.[2]

Semoga bermanfaat.



[1] Al Imta’ wal Muanasah Hal. 247

[2] Bahruad Dumu’ hal.16