Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Jika kita hendak mengangkat pernyataan dari pihak yang kontra terhadap syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, maka akan kita dapati ada begitu banyak ulama dari berbagai madzhab yang mengkritik, menyerang dan bahkan menjatuhkan vonis yang keras terhadap beliau.
Sehingga menurut hemat kami berbicara tentang kritik yang moderat dan bisa dianggap paling sehat terhadap Ibnu Taimiyah mungkin diantaranya adalah apa yang dikatakan oleh al imam Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah, di mana beliau di tulisan saya sebelumya termasuk pihak yang bersikap proporsional terhadap Ibnu Taimiyah. Yang belum membacanya silahkan di simak di sini : https://web.facebook.com/share/p/19bvDLyHxx/
Meskipun demikian kita dapati bahwa al imam Ibnu Hajar termasuk ulama yang banyak memberikan kritikan terhadap beberapa pendapat, fatwa dan sikap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang dirasa oleh beliau keliru atau tidak tepat. Berikut ini diantaranya :
طالعت الرد المذكور فوجدته كما قال السبكي في الاستيفاء لكن وجدته كثير التحامل إلى الغاية في رد الأحاديث التي يوردها بن المطهر وان كان معظم ذلك من الموضوعات والواهيات لكنه رد في رده كثيرا من الأحاديث الجياد التي لم يستحضر حالة التصنيف مظانها لأنه كان لاتساعه في الحفظ يتكل على ما في صدره والإنسان عامد للنسيان وكم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي ادته أحيانا إلى تنقيص علي رضى الله عنه
“Aku telah membaca tanggapan (Ibnu Taimiyah) yang disebutkan tersebut, dan aku mendapati bahwa isinya seperti yang dikatakan oleh As Subki dalam kitab Al-Istifaa’. Aku juga mendapati bahwa tanggapan itu sangat penuh dengan bias hingga mencapai tingkat yang ekstrem dalam menolak hadis-hadis yang dikemukakan oleh Ibnul Muthahhar.
Meskipun sebagian besar hadis yang dikemukakannya adalah hadis-hadis palsu dan lemah tetapi dalam tanggapannya, ia juga menolak banyak hadis sahih yang berkualitas baik. Hal ini terjadi karena ketika menyusun tanggapan, ia tidak merujuk ke sumber-sumber yang relevan, sebab ia terlalu mengandalkan keluasan hafalannya. Manusia itu memang rentan terhadap lupa. Betapa seringnya, dalam upaya berlebihan untuk melemahkan argumen Rafidhah (Syiah), tanggapannya kadang mengarah pada pengurangan kehormatan Ali radhiyallahu 'anhu.”[1]
Beliau juga mengkritik Ibnu Taimiyah dalam pendapatnya tentang konsep berziarah kubur Nabi dengan ucapannya :
يشير إلى ما رد به الشيخ تقي الدين السبكي وغيره على الشيخ تقي الدين بن تيمية، وما انتصر به الحافظ شمس الدين بن عبد الهادي وغيره لابن تيمية، وهي مشهورة في بلادنا. والحاصل أنهم ألزموا ابن تيمية بتحريم شد الرحل إلى زيارة قبر سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأنكرنا صورة ذلك، وفي شرح ذلك من الطرفين طول، وهي من أبشع المسائل المنقولة عن ابن تيمية
“Yang dimaksud adalah tanggapan yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin As-Subki dan lainnya terhadap Syaikh Taqiyuddin Ibn Taimiyah, serta pembelaan yang dilakukan oleh Al-Hafizh Syamsuddin Ibn Abdul Hadi dan lainnya terhadap Ibnu Taimiyah. Perdebatan ini terkenal di negeri kami.
Intinya adalah bahwa mereka menisbatkan kepada Ibn Taimiyah pengharaman untuk melakukan perjalanan (شد الرحل) dengan tujuan menziarahi makam junjungan kita, Rasulullah ﷺ. Kami mengingkari cara penyampaian hal itu. Penjelasan dari kedua pihak mengenai masalah ini cukup panjang, dan hal ini termasuk salah satu isu yang paling kontroversial dan buruk yang dinisbatkan kepada Ibn Taimiyah.”[2]
Namun bersama segala kritik dan
koreksunya tersebut al imam Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah tetap menampakkan
rasa hormat terhadap imam Ibnu Taimiyah. Dalam bebeberapa karyanya beliau bukan
hanya menukil fatwa dan pendapatnya namun juga menyanjungnya, dengan sebutan al
Allamah, al Hafidz dan seterusnya. Seperti ucapan beliau :
وهي زيادة ليست في شيئ من كتب الحديث. نبّه على ذلك العلاّمة تقي الدين إبن تيميه
“Hadits tersebut merupakan tambahan yang tidak terdapat dalam kitab manapun sebagaimana telah diperingatkan oleh Al Allamah Taqiyuddin Ibnu Taimiyah.”[3]
Dan perkataan lain semisal :
وهذا الحديث سئل عنه الحافظ إبن تيمية فقال
“Hadits ini telah ditanyakan kepada Alhafidz Ibnu Taimiyah, dan beliau menjawab…”[4]
Demikian pula al imam Ibnu Hajar menyatakan ketidaksetujuannya atas sikap sebagaian orang yang tidak mengakui keilmuan sang imam, apa lagi sampai yang mengkafirkannya. Beliau berkata :
فإنه شيخ مشايخ الإسلام في عصره بلا ريب والمسائل التي أنكرت عليه ما كان يقولها بالتشهي ولا يصر على القول بها بعد قيام الدليل عليه عنادا وهذه تصانيفه طافحة بالرد على من يقول بالتجسيم والتبري منه ومع ذلك فهو بشر يخطئ ويصيب فالذي اصاب فيه وهو الأكثر يستفاد منه ويترحم عليه بسببه والذي أخطأ فيه لا يقلد فيه بل هو معذور لأن علماء الشريعة شهدوا له بأن ادوات الاجتهاد اجتمعت فيه حتى كان أشد المتعصبين عليه العاملين في إيصال الشر إليه وهو الشيخ كمال الدين الزملكاني شهد له بذلك وكذلك الشيخ صدر الدين بن الوكيل الذي لم يثبت لمناظرته غيره
“Sesungguhnya beliau memang benar adalah salah satu dari para ulama besar Islam pada masanya, tanpa keraguan. Masalah-masalah yang diingkari darinya bukanlah hal-hal yang dia katakan berdasarkan hawa nafsu, dan dia juga tidak bersikeras mempertahankannya setelah bukti ditegakkan atasnya, apalagi dengan sikap keras kepala. Kitab-kitab karyanya pun dipenuhi dengan bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan adanya tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk) dan menunjukkan pengingkarannya terhadap hal tersebut.
Meskipun demikian, dia tetaplah manusia yang bisa salah dan benar. Apa yang benar darinya—dan itu adalah mayoritas—dapat diambil manfaatnya, dan karenanya dia dirahmati. Sementara kesalahan-kesalahannya tidak boleh diikuti, tetapi dia dimaafkan karena para ulama syariat telah bersaksi bahwa dia memiliki perangkat ijtihad yang lengkap.
Bahkan, orang-orang yang paling keras memusuhinya dan berusaha menyakitinya, seperti Syaikh Kamaluddin Az Zamlakani, bersaksi akan hal itu. Begitu pula Syaikh Shadruddin bin alWakil, yang tidak menemukan tandingan untuk mendebatnya kecuali dirinya sendiri.
ومن أعجب العجب ان هذا الرجل كان من أعظم الناس قياما على أهل البدع من الروافض والحلولية والاتحادية وتصانيفه في ذلك كثيرة شهيرة وفتاويه فيهم لا تدخل تحت الحصر فيا قرة أعينهم إذا سمعوا تكفيره ويا سرورهم إذا رأوا من يكفره من أهل العلم فالواجب على من يلتبس بالعلم وكان له عقل أن يتأمل كلام الرجل من تصانيفه المشهورة
Salah satu hal yang paling menakjubkan bagi beliau adalah ia merupakan salah satu yang paling teguh berdiri melawan ahli bid'ah seperti Rafidhah, Hululiyyah, dan Ittihadiyyah (penganut paham kesatuan wujud). Karya-karyanya dalam hal ini sangat banyak dan terkenal, serta fatwa-fatwanya mengenai mereka tidak dapat dihitung.
Maka betapa senangnya kelompok-kelompok itu ketika mendengar pengkafiran terhadap Ibnu Taimiyah dan betapa bahagianya mereka itu ketika melihat orang-orang yang mengkafirkan dirinya dari kalangan ulama. Maka wajib bagi siapa saja yang mengklaim memiliki ilmu dan akal untuk memperhatikan perkataan orang tersebut”[5]
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment