Sunday, 24 June 2018

KALA SYEKH SYA’RAWI INGIN BERHENTI BELAJAR

Beliau adalah ulama besar Mesir yang mendunia, mercusuar al Azhar yang belum ada tandingan kealimannya, bahkan beliau disebut-sebut sebagai pembaharu abad ke-20. Ternyata Sya’rawi muda memiliki kisah tersendiri saat masa beliau masih menuntut ilmu.

Syekh dimasa belajarnya, sempat berkali-kali memutuskan untuk berhenti kuliah. Karena beliau iba melihat orang tuanya yang hidup miskin di desa, bekerja membanting tulang untuk menghidupi saudara-saudaranya, dan turut terbebani dengan biaya kuliahnya.

Maka beliau mengutarakan keinginannnya untuk berhenti belajar agar bisa membantu ayahnya bekerja, namun keinginannya selalu ditolak dengan tegas oleh orang tuanya. Karena ayah Sya’rawi bermimpi anaknya kelak akan jadi ulama yang ilmunya bermanfaat untuk umat Muhammad, bukan jadi petani.

Maka berbagai trik dilakukan oleh Sya’rawi muda, untuk meyakinkan bahwa pilihannya berhenti kuliah dan bekerja adalah pilihan yang tepat. Salahsatunya ia menginformasikan bahwa biaya kitab - kitab kuliah sangat tinggi.

Seperti biasa beberapa tahun sekali ayahnya dari desa akan mengunjunginya di kota. Maka Syekh membuat kesepakatan dengan penjual buku dan memesan kitab-kitab dalan jumlah yang sangat banyak dan menyatakan bahwa itu semua adalah diktat kuliah.

Maka datanglah sang ayah, dan ketika Sya’rawi menginformasikan tentang keharusan membeli kitab-kitab yang sangat banyak itu, diluar dugaan ayahnya menyanggupinya. Bahkan membayarnya tanpa menawar. Ia hanya sempat berkata kepada Sya’rawi “Ini semua diktat kuliah kamu ?”

Pertanyaaan itu hanya dijawab dengan anggukan. Setelahnya, diangkutlah dengan truk berkardus-kardus kitab ke asrama belajar Asy Sya’rawi muda.

Malam harinya, ayah belliau menyampuli kitab itu satu persatu. Sya’rawi yang berusaha mencegahnya karena tahu betapa lelahnya sang ayah selepas perjalanan jauh gagal. Sepanjang malam ayah beliau menghabiskan malam dengan menyampuli semua kitab.

Pagi harinya, Sya’rawi muda mengantar ayahnya ke stasiun kereta. Sebelum ayahnya beranjak ia sempat berkata, “Nak, sebenarnya ayah tidak mau mengatakan ini, namun ayah khawatir engkau akan mengira bahwa ayahmu sangat bodoh sehingga kebodohan itu akan mempengaruhimu. Ayah tahu bahwa kitab yang kita beli kemarin bukanlah buku kuliahmu. Dan engkau juga harus tahu bahwa ayah membelinya dengan uang yang sebagianbesarnya pinjaman. Namun ayah tidak akan marah, ayah hanya mendoakanmu semoga semua kitab itu bermanfaat bagimu…”

Perasaan bersalah membuat suasana pagi itu begitu sendu dihati Sya’rawi. Ia melepas ayahnya pergi dengan derai air mata dan selaksa do’a. Dan ia merasakan bahwa dipundaknya kini terbeban amanah, agar ia tidak pernah mengecewakan orang tuanya.

Sya’rawi kemudian menjadi pelajar yang paling gigih. Ia melahap habis semua kitab yang dibelikan sang ayah dan bahkan terus melanjutkan menu bacaannya keperpustakaan yang ada. Doa dan usaha yang tulus dari sang ayah, kemudian melahirkan imamnya da’i, dialah Syaikh Muta’walli asy’Sya’rawi rahimahullah ta’ala.
_____


Wahai para ayah, mana doa dan kesungguhanmu untuk anak-anakmu yang sedang menuntut ilmu ? Memikul agama ini sangatlah berat, anakmu yang lemah itu butuh doa dan sentuhan lembutmu agar mereka tetap teguh dan kuat.

No comments:

Post a Comment