Wednesday, 25 May 2016

KIAT MENYADARKAN ORANG YANG BERBOHONG



            Berikut ini adalah kisah dari sirah yang bisa kita ambil ibrahnya berupa kiat-kiat menanamkan kejujuran kepada anak, sahabat, murid dan siapapun dari saudara-saudara kita kaum muslimin. Semoga bermanfaat.
Apa Khabar Untamu ?

            Khawat bin Jubair berkisah, "Saya berkemah disebuah tempat bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Pada suatu saat, di seberang tenda kami ada beberapa wanita. Lalu aku berdandan dan berhasrat melewati wanita-wanita itu."
Ketika aku berjalan keluar, Tidak kusangka aku bertemu Rasulullah. Beliau menyapaku, "Hai Abu Abdillah, apa yang membuatmu berjalan menuju kaum perempuan itu ?"
Karena malunya aku kepada Rasulullah, akupun berbohong, "Ya Rasulullah, unta saya tersesat, saya sedang mencari tali untuk mengikatnya."
Kemudian Rasulullah berlalu, dan akupun membatalkan niatku berjalan kearah kaum perempuan. Setelah beberapa saat aku berjumpa Rasulullah di dalam kemah, beliau bertanya, "Wahai Abu Abdillah, bagaimana khabar untamu yg tersesat itu." Saya hanya diam tidak menjawabnya.
Kemudian berlalulah waktu dan kami telah kembali ke Madinah. Setiap kali beliau bertemu denganku, beliau berkata, "Wahai abu Abdillah, bagaimana khabar untamu yang tersesat itu ?"
Pada suatu waktu, aku shalat berjama'ah. Dan aku  selalu mencari tempat yang jauh dari pandangan Rasulullah sejak perisiwa itu.  Ketika aku sedang shalat sunnah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang dan shalat disampingku. Aku sengaja melamakan shalat agar Rasulullah segera pergi dan meninggalkan saya.
Beliau shalat dengan raka'at yg pendek. Selesai shalat beliau nampak memperhatikanku, lalu ia bersabda, "Panjangkanlah raka'at shalatmu semaumu wahai Abu Abdillah, saya tetap akan disini sampai kamu selesai.
Karuan hati saya jadi galau. Selesai salam aku menghadap kepada beliau, nampak wajah beliau bersinar karena senyuman lalu berkata, "Wahai Abu Abdillah, bagaimana khabar untamu yang tersesat itu ?"
Akhirnya saya meminta maaf kepada beliau dan menceritakan yang sebenarnya. Saya berkata, "Ya Rasulullah tidak ada yg tersesat dariku semenjak aku masuk islam."
Maka beliau tersenyum dan berkata, "Semoga Allah merahmatimu." Beliau mengulang doa itu tiga kali. Dan setelah saat itu, beliau tidak pernah lagi setiap berjumpa denganku memberi pertanyaan, "Wahai Abu Abdillah, bagaimana khabar untamu yang tersesat itu ?"

Ibrah
Pelajaran cara menanamkan kejujuran dan melenyapkan sifat bohong.
1.      Hendaknya orang yang hendak menangani kasus kebohongan seseorang itu adalah orang yang dihormatinya.
2.      Tidak langsung membongkar aib kedustaannya secara langsung meskipun aroma kebohongan itu sudah sangat kuat. Tunggu waktu yang tepat untuk menuntaskan kebohongan seseorang. Keadaan khawat yang sudah sangat merasa bersalah, ketika dia sedang shalat, seorang diri, dan merasa bahwa dia tidak mungkin mengelak, barulah Rasulullah menuntut kejujuran Khawad.
3.      Tidak membongkar aib kebohongan dihadapan orang lain. Rasulullah sebenarnya mengetahui dan kita saja bisa mencium aroma bohong dari perkataan shahabat tersebut, memangnya apa hubungannya unta lepas dengan mendekati kerumunan wanita ? Tapi meski demikian, beliau tidak menembak jatuh ditempat /dihadapan para wanita-wanita tersebut.
4.      Jadikan jawaban kebohongan dari yang bersangkutan sebagai sarana menegur dan menimbulkan rasa ‘bersalah’ kepada yang bersangkutan. Rasulullah berkali-kali bertanya kepada Khawat : “Bagaimana khabar untamu?” dan setiap kali menjawab dengan kebohongan, Khawad semakin merasa tersiksa.
5.      Bersabar dalam meluruskan seseorang yang sedang berbohong. Karena dusta atau bohong bukanlah dosa yang biasa, ia adalah sifat buruk yang merusak dan sangat susah sembuhnya kalau sudah berjangkit. Maka kita lihat bagaimana Rasulullah tidak membongkar dusta Khawat dalam sehari tapi dalam beberapa hari.
6.      Tunjukkan jaminan kebaikan kepada orang yang sedang berbohong, bahwa jika ia mengaku keadaan akan lebih baik. Bahkan dalam kondisi tertentu, berikan jaminan rasa aman bahwa kita tidak akan menghukumnya karena kejujurannya.
7.      Kalau yang berbohong sudah mengaku, jangan diperpanjang masalahnya. Tutuplah kasus tersebut jika memang tidak ada kepentingan lagi. Jangan ditanya dan dikorek kenapa begini dan begitu. Sebagaimana Rasulullah tidak menanyakan kenapa sampai Khawat membohongi beliau. Selain beliau sudah tahu, juga akan membuat Khawat semakin tersiksa. Dan rasanya Khawat telah mendapatkan beban siksa yang sangat berat dengan membohongi Rasulullah shalallahu’alaihi wasslam.
8.      Tutuplah dengan doa dan kalimat –kalimat yang menyejukkan. Sebagaimana Rasulullah mendoakan untuk Khawat : Semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu.”
Semoga bermanfaat.



No comments:

Post a Comment