Wednesday, 1 June 2016

BUAH DARI ‘KEKELIRUAN’ GURU



            Hisyam bin Amr  ad Damasyqi adalah guru besar ilmu hadits yang menjadi salah satu dari guru al imam Bukhari.  Ketika masa menuntut ilmu dahulu, untuk membiyayai belajarnya ke Madinah kepada imam Malik bapaknya sampai harus menjual rumah satu-satunya.         
            Ketika awal belajar ia masih kurang adab, suatu hari ia membuat ulah yang membuat imam Malik sangat marah. Sang imam sampai menyuruh asistennya mencambuk ad Damasyqi 15 kali.  Mendapat perlakuan ini Imam Damasyqi sempat dilanda kekecewaan berat kepada gurunya. Sambil menahan sakit ia berkata pada imam Malik : “Wahai guru, engkau telah memukul diriku atas perkara yang tidak sepantasnya mendapat pukulan. Aku tidak halalkan dan akan aku tuntut engkau sampai hari kiamat !”
            Imam Malik terhenyak seraya berkata : “Baiklah saya akui saya salah, apa kafaratnya (penebusnya) yang bisa membuatmu ridha ?” ad Damasyqi sambil tersenyum menjawab “Kafaratnya adalah ajarkan aku 15 hadist.”
            Akhirnya imam Malik mengajarkan 15 hadits kepada muridnya tersebut sebagaimana tuntutannya. Setelah pelajaran usai,  ad Damasyqi berkata :  “Wahai guru, pukullah aku lagi dan aku minta tambahan hadits sebagai gantinya.” Maka imam Malikpun tertawa.

Faidah :
1.      Teladan dari ad Damasyqi dalam menuntut ilmu. Dengan biaya sebuah rumah ia menimba ilmu, lalu ketika diperlakukan tidak adil oleh gurunya ia mampu bersikap gantle, Fair dan menyatakan ketidaksukaannya kepada gurunya secara langsung.

Bandingkan dengan sebagian penuntut ilmu agama dimasa sekarang, yang ilmunya didapatkan dengan murah meriah lalu hanya karena perlakuan yang tidak menyenangkan dari ustadznya lalu dighibah, difitnah dan dikatain macam-macam ; Ustadz seperti apa itu kerjanya marah-marah.

Seharusnya ketika kita diperlakukan tidak adil atau didzalimi oleh guru, dan kita tidak mampu untuk bersabar, maka itu kesempatan kita untuk unjuk gigi menguji siapa guru kita, katakan langsung dengan terus terang,  dan guru yang baik pasti akan mudah rujuk kepada kebenaran.

2.       Teladan dari imam Malik dalam mengajarkan ilmu. Imam Malik adalah manusia biasa yang bisa keliru. Bisa salah dalam memberi didikan atau ketidaktepatan beliau dalam menghukum dengan berlebihan. Namun begitu mendapat kritik dari muridnya, beliau langsung menyadari kesalahannya. Lalu meminta keridhaan dari anak didiknya. Padahal beliau ulama besar yang memiliki ribuan murid, dan ad Damasyqi saat itu bukan siapa-siapa dan belum jadi apa-apa. Bisa saja imam Malik mengusir ad Damasyqi karena ketidaksopanannya, toh masih banyak orang yang mau berguru kepadanya. Tapi karena tawadhu’nya beliau yang lebih memilih meminta maaf lalu menebus kesalahannya.

3.      Guru yang Ikhlas dan Tawadhu’ bertemu murid-murid yang juga Ikhlas dan Sabar, wajar kalau kemudian dari tangan-tangan generasi ini lahir perkara-perkara besar. Semoga kita bisa meneladi dua imam besar ini, baik sebagai murid dan ketika menjadi guru.

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment