Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
A. AL IMAM ABU
HANIFAH
Di zaman tabi’in muncullah sebuah
madrasah keilmuan yang awalnya berpusat di Kufah, namun kemudian meluas dan
menjadi madzhab fiqih yang paling pesat wilayah persebarannya dalam sepanjang
sejarah Islam dulu hingga sekarang ini. Madzhab ini dikenal dengan nama madzhab
Hanafi. Mazhab Hanafi adalah mazhab yang paling banyak dianut oleh umat Islam
di dunia, terutama di wilayah-wilayah seperti Turki, Asia Tengah, India,
Pakistan, Mesir, dan wilayah-wilayah bekas kekhalifahan Utsmaniyah.
Madzhab ini dikenal dengan kekuatan
logika, penalaran dan qiyasnya dalam merumuskan hukum-hukum fiqih, dan sang
imam sebagai pendiri madzhab digelari dengan imam ahlu ra’yi atau pemimpinnya
ahli logika. Dalam berbagai
kitab para ulama, beliau disebut juga dengan gelar Imamul A’zham yang artinya
imam yang agung.
Beliau
adalah al imam Abu Hanifah rahimahullah, nama aslinya Nu’man bin Tsabit al
Kufi. Untuk asal daerahnya ulama berbeda pendapat. At Taqi al Ghazi mengatakan
: “Terjadi perselisihan pendapat tentang asal daerahnya, ada yang mengatakan
dari Kabil, ada pula yang menyebut Babil, ada yang menyebut Nasa, ada yang
mengatakan Tirmidz, ada juga yang menyebut al Anbar, dan lainnya.
Cucunya yang bernama Ismail bin Hammad bin Abi Hanifah berkata :
ولد جدي في سنة ثمانين، وذهب ثابت إلى
علي وهو صغير، فدعا له بالبركة فيه و في ذريته، ونحن نرجو من الله أن يكون استجاب
ذلك لعلي رضي الله عنه فينا.
“Kakekku dilahirkan tahun 80 Hijriyah, dan Tsabit (ayah Abu Hanifah)
membawanya saat masih kecil kepada Ali bin Abi Thalib, lalu Ali mendoakannya
dengan keberkahan untuknya dan keturunannya. Dan kami mengharapkan kepada Allah
agar mengabulkan hal itu, karena doa Ali radhiallahu ‘anhu pada kami.”
Sebab
mengapa beliau mendapatkan panggilan Abu Hanifah berbeda-beda riwayatnya. Ada
yang menyebutkan sebab karena kuatnya ibadahnya hingga ia disebut orang yang
hanif, sebagiannya lagi karena beliau berobat dengan sejenis obat yang bernama
Hanifah. Sedangkan Abu Yusuf mengatakan sebabnya karena ia selalu membawa Hanif
(semacam alat menyimpan tinta) kemana pun ia pergi.
Pujian ulama kepada sang imam atas ilmunya
Al
Imam Abdullah bin al Mubarak rahimahullah berkata :
ما رأيت رجلًا أوقر في مجلسه، ولا أحسن
سمتًا وحِلمًا من أبي حنيفة
“Aku tidak pernah melihat seorang laki-laki yang lebih berwibawa di
majelisnya, yang paling baik adab dan kesantunannya melebihi imam Abu Hanifah.”
Beliau juga berkata :
أبو حنيفة أفقهُ الناس
“Abu Hanifah adalah orang yang paling paham fiqih.”
Ali bin Asham rahimahullah berkata :
لو وُزن عقلُ أبي حنيفة بعقل نصف أهل
الأرض، لرجَح بهم
“Seandainya ditimbang kekuatan akal Abu Hanifah dengan separuh penduduk
bumi, niscaya dia akan mengalahkan mereka."
Yahya bin Nashr rahimahullah berkata :
وكان من أفقهِ أهل زمانه وأتقاهم
“Beliau termasuk orang yang paling paham fiqih di zamannya dan orang
yang paling bertaqwa.”
Maki bin Ibrahim rahimahullah berkata :
كان أبو حنيفة أعلمَ أهلِ الأرض
“Abu Hanifah merupakan penduduk bumi yang paling berilmu.”
Syadad bin Hakim berkata :
ما رأيت أعلم من أبي حنيفة
“Aku belum pernah melihat orang yang lebih berilmu dibanding Abu
Hanifah.”
Imam Malik rahimahullah ketika ditanya apakah pernah melihat imam Abu
Hanifah, maka beliau menjawab :
نعم، رأيت رجلًا لو كلمك في هذه السارية
أن يجعلها ذهبًا، لقام بحجَّته
“Iya, aku melihat seorang laki-laki yang seandainya ia mengatakan tiang
yang terbuat dari kayu ini adalah emas, niscaya ia bisa mempertahankan
pendapatnya.”
Imam Syafi’i rahimahullah berkata :
الناس في الفقه عيالٌ على أبي حنيفة
“Semua orang dalam urusan fiqih berhutang kepada imam Abu Hanifah.”
Syaikh
At Taqi al Ghazi rahimahullah berkata : “Dialah imamnya para imam, penerang
bagi umat, lautan ilmu dan keutamaan, ulamanya Iraq, ahli fiqih dunia
seluruhnya, orang semasa dan setelahnya menjadi lemah di hadapannya, belum
pernah mata melihat yang semisalnya, belum ada seorang mujtahid mencapai
derajat seperti kesempurnaan dan keutamaannya.”
Ibadahnya
Asad bin Amru rahimahullah berkata :
أن أبا حنيفة، رحمه الله، صلى العشاء
والصبح بوضوء أربعين سنة
“Abu Hanifah rahimahullah melakukan shalat isya dan subuh dengan sekali
wudhu selama 40 tahun.”
Imam Abu Yusuf rahimahullah berkata :
كان أبو حنيفة يختم القرآن كل ليلة
في ركعة
“Adalah imam Abu Hanifah biasa mengkhatamkan al Qur’an setiap malamnya
hanya dalam satu raka’at.”
Mis’ar bin Kidam juga berkata : “Aku pernah melihat Abu Hnaifah
mengkhatamkan Qur’an dalam satu raka’at.”
Yahya bin Abdul Hamid al Hamaniy dari ayahnya :
أنه صحب أبا حنيفة ستة أشهر. قال: فما رأيته
صلى الغداة إلا بوضوء عشاء الآخرة
“Bahwa ayahnya pernah bersama Abu Hanifah selama 6 bulan. Dan selama
itu ia tidak melihat beliau shalat Shubuh kecuali dengan shalat Isya yang
diakhirkan.”
Qashim bin Mu’in rahimahullah berkata :
أن أبا حنيفة قام ليلة يردد قوله تعالى:
بل الساعة موعدهم والساعة أدهى وأمر. ويبكي ويتضرع إلى الفجر.
“Abu Hanifah pernah bangun untuk shalat malam dan mengulang-ulang
firman Allah Taala: (sebenarnya hari kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada
mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46), lalu
Beliau menangis dan larut dalam kekhusyu’an hingga fajar.”
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata :
أن أبا حنيفة ختم القرآن سبعة آلاف مرة
“Bahwa Abu Hanifah telah mengkhatamkan Qur’an sebanyak 7000 kali.”
Kedermawanannya
Al Imam Abu Hanifah rahimahullah
dikenal sebagai ulama yang sangat dermawan. Dalam Thabaqatnya beliau rutin
memberikan tunjangan kepada beberapa shahabatnya dan membiayai muridnya dalam
belajar.
Bahkan
sangking tak main-mainnya dalam mengalokasikan dana sedekahnya, beliau akan
menganggarkan sedekah senilai uang belanja dan kebutuhan untuk keluarganya. Al
Mutsanna bin Raja’ rahimahullah berkata :
جعل أبو حنيفة على نفسه، إن حلف بالله
صادقا، أن يتصدق بدينار. وكان إذا أنفق على عياله نفقة تصدق بمثلها.
“Abu Hanifah telah bersumpah kepada Allah dengan sebenar-benarnya bahwa
dia akan bersedekah dengan dinar, yaitu sejumlah nilai yang ia berikan untuk
keluarganya.”
Waki’ berkata :
وكان إذا اكتسى ثوبا جديدا كسا بقدر
ثمنه شيوخ العلماء
“Adalah Abu Hanifah jika menggunakan baju baru, maka ia juga akan
memberi baju dengan nilai serupa kepada gurunya atau ulama.”
Kecerdasannya
Ada
begitu banyak riwayat atau kisah yang menuturkan tentang kecerdasan sang imam yang
satu ini dalam menghadapi masalah yang pelik dan rumit. Berikut ini
diantaranya.
Pernah
pada suatu hari khalifah al Manshur memanggil Imam Abu Hanifah untuk ditawari
jabatan sebagai hakim agung. Namun beliau menolak dengan mengatakan :
لا أصلح للقضاء
“Saya tidak layak.”
Mendengar itu Al Manshur menjawab
dengan nada yang meninggi : “Engkau telah berbohong !”
Imam Abu Hanifah menjawab :“Nah
bener kan, anda telah menetapkan hukum atas diriku wahai Amiral mukminin kalau
saya memang tidak layak untuk jabatan tersebut.
فإن كنت كاذبا، فلا أصلح، وإن كنت صادقا،
فقد أخبرتكم أني لا أصلح فحبسه.
“Kalau akau memang berdusta, aku memang tidak layak (Pendusta tidak
pantas menerima jabatan). Sebaliknya, kalau aku jujur, sungguh aku telah
mengatakan : Aku memang tidak layak.”
Kalau
bahasa kita, kalau memang sudah tahu aku ini pembohong koq bisanya anda
menginginkan saya jadi pejabat tinggi. Inilah jawaban telak Abu Hanifah untuk
mengelak dari jabatan yang tidak bisa dibantah oleh khalifah.
Diantara kisah unik tentangnya
Di
masa beliau di kota Kufah ada seorang laki-laki pengikut ajaran Syi'ah yang
dikenal sangat membenci Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu. Bahkan karena
bencinya, ia sampai mengatakan bahwa sayidina Utsman itu sebenarnya adalah
orang Yahudi.
Al
imam Abu Hanifah rahimahullah lalu mendatangi orang tersebut. Tentu saja
mendapatkan kunjungan itu dia senang sekali, karena rumahnya didatangi oleh
ulama besar yang terkenal di seantero negeri. Setelah basa-basi
sejenak, laki-laki tersebut menanyakan kepada sang imam maksud kedatangannya,
atau mungkin sedang membutuhkan suatu bantuan yang bisa ia berikan.
Imam Abu Hanifah pun berkata mengutarakan maksud kedatangannya :
أتيتك خاطبًا لابنتك
"Aku datang untuk melamar putrimu..."
"Untuk siapa wahai imam ?" Tukas laki-laki tersebut seperti
tidak sabar.
Sang imam melanjutkan,
رجل شريف غني بالمال، حافظ لكتاب الله،
سخيٌّ يقوم الليل في ركعة، كثير البكاء من خوف الله،
"Untuk seseorang yang dia termasuk dari keluarga terhormat,
memiliki banyak harta, hafal al Qur'an dan senantiasa menjaga hukum-hukumnya. Juga
sangat tekun dalam menjaga shalat malam dan banyak menangis karena takutnya
kepada Allah.
Mendengar
itu wajah laki-laki itu berbinar karena gembiranya. Lalu ia berkata : "Wah
ini mah luar biasa. Sebenarnya, tanpa anda menyebutkan siapa yang anda
lamarkan, cukup anda yang datang melamarkan, itu sudah cukup wahai imam."
Imam Abu Hanifah berkata :
إلا أن فيه خَصلة،
"Sebentar. Tapi dia punya satu kekurangan..."
Lelaki itu bertanya : "Apa itu kekurangannya ?"
Sang imam berkata : "Sayangnya dia seorang Yahudi..."
Mendengar itu dengan nada terkejut bercampur kecewa laki-laki itu pun
berkata :
سبحان الله! تأمرني أن أزوج ابنتي من
يهودي.
"Subhanallah. Anda mau menyuruhku menikahkan putriku dengan Yahudi
!?"
Abu Hanifah bertanya : "Jadi tidak boleh ?"
"Jelas lah, saya tidak setuju." Jawabnya.
Lalu sang imam berkata menegaskan :
فالنبي صلى الله عليه وسلم زوج ابنتيه من
يهودي؟!
"Kalau anda saja tidak mau menikahkan putri anda dengan Yahudi,
lalu bagaimana mungkin Nabi ﷺ anda katakan menikahkan putrinya dengan
seorang Yahudi sampai dua kali ?"
Laki-laki itu pun terperanjat. Setelah diam untuk beberapa saat ia
berkata :
أستغفر الله؛ إني تائب إلى الله عز وجل؛
"Astaghfirullah. Aku bertaubat kepada Allah 'azza wa
Jalla..."
Wafatnya
Al
imam Abu Hanifah meninggal di Baghdad tahun 150 H. Di tahun yang sama di Ghaza
lahir al imam Syafi’i rahimahullah. Bisyr bin Al Walid mengatakan, “Abu Hanifah
wafat di penjara dan dikuburkan di pekuburan Al-Khaiziran. Ya’qub bin Syaibah
mengatakan, “Aku dikabarkan bahwa Beliau wafat dalam keadaan sujud.”
Di
samping itu, beliau juga berpesan agar jenazahnya kelak dimandikan oleh al
Hasan bin Amarah. Setelah melaksanakan pesannya, Ibnu Amarah berkata :
رحمك الله تعالى وغفر لك، لم تُفطِر منذ
ثلاثين سنة، ولم تتوسَّد يمينك بالليل منذ أربعين سنة، وقد أتعبتَ مَن بعدك،
وفضحتَ القرَّاء
“Semoga Allah ﷻ merahmati anda wahai Abu Hanifah, semoga
Allah mengampuni dosa-dosa anda karena jasa-jasa yang telah anda berikan. Sungguh
anda tidak pernah putus puasa selama tiga puluh tahun, tidak berbantal ketika
tidur selama empat puluh tahun, dan kepergian anda akan membuat lesu para
fuqaha setelahnya.”
Wallahu a'lam.
Ath Thabaqat As Sunniyah Hal. 29
Ath Thabaqat Sunniyah Hal. 24
Siyar A’lam Nubala (6/403)
Siyar A’lam Nubala (6/400)
Tahdzibut Tahdzib (5/630)