Sunday, 14 May 2023

AKHLAD SANG IMAM YANG MEMUKAU

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Al imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikenal sebagai sosok ulama yang bukan hanya mendalam ilmunya, namun juga dikagumi ketinggian adab dan kemuliaan akhlaqnya. Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata :

كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف  أو يزيدون نحو خمس مائة –يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت

 “Yang menghadiri majelis imam Ahmad mencapai 5000 orang bahkan lebih. Namun hanya sekitar 500 orang saja yang mencatat pelajaran. Sedangkan sisianya hadir hanbya untuk mengambil contoh keindahan adab dan kepribadiannya.”[1]

Berikut diantara akhlad dan adab sang imam yang dapat kita jadikan sebagai teladan dan panutan dalam kehidupan.

1.     Tak pernah membanggakan diri

Al imam Yahya bin Ma’in rahimahullah

«ما رأيت مثل أحمد، صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان فيه من الخير

 “Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad, kami bersahabat selama 50 tahun, dan dia tidak pernah sekalipun membanggakan sesuatu dari kebaikannya.”[2]

2. Sederhana dan tak mau diagungkan

Muhammad bin Ishaq al Marwazi menceritakan : “Kami pernah melihat imam Ahmad belanja di pasar kota Baghdad.  Ia membeli beberapa ikat kayu bakar dan memanggul di pundaknya.  Manakala orang-orang mengetahui itu imam Ahmad, para pedagang yang sedang berdagang meninggalkan dagangannya, pemilik toko berlarian meninggalkan tokonya. Mereka berkerumun dan mengucapkan salam untuk beliau sambil berebut hendak membawa beban yang ada di pundak sang imam.

Mendapatkan perlakuan seperti itu muka beliau memerah, beliau menolak sambil berkata

 ﻧﺤﻦ ﻗﻮﻡ ﻣﺴﺎﻛﻴﻦ، ﻟﻮﻻ ﺳﺘﺮ الله ﻻﻓﺘﻀﺤﻨﺎ.

“Kita ini bukan siapa-siapa. Seandainya bukan karena Allah menutupi aib-aib, niscaya tercecer aib itu (dan tidak ada yang mau menghormati).”[3]

3. Pemaaf dan tidak pendendam

Imam Ahmad merasakan sakit yang tidak biasa setelah dikelarkan dari penjara. Ternyata setelah diperiksa oleh dokter ada sepotong daging ‘mati’ dalam punggung Imam Ahmad akibat cambukan-cambukan ganas saat beliau disiksa.

Maka dokter menyarankan agar daging mati itu harus dikeluarkan, bisa berakibat buruk. Akhirnya disepakati dilakukannya operasi dengan satu kesepakatan bahwa imam Ahmad menolak menggunakan mukhoddir (obat bius).

Ketika para dokter mulai merobek daging beliau dan hingga operasi selesai, setiap kali sang imam merasakan kesakitan, sambil meringis menahan sakit beliau berkata :

‌اللهم ‌اغفر ‌للمعتصم

 “Ya Allah ampunilah al Mu’tashim,”[4]

4. Membenci popularitas

Imam Ahmad pernah berkata :

أريد أن أكون في شعب بمكة حتى لا أعرف، قد بليت بالشهرة

“Ingin rasanya aku tinggal di sebuah dusun terpencil di lembah Makkah hingga aku tidak dikenal. Sungguh aku telah ditimpa musibah keterkenalan.”[5]

Berkata Hasan bin Harun :

رأيت أبا عبد الله إذا مشى في الطريق، يكره أن يتبعه أحد

“Aku melihat imam Ahmad jika dia berjalan di jalanan, beliau tidak suka untuk diikuti siapapun.”[6]

Wallahu a’lam.

.


[1] Manaqib imam Ahmad hal. 288

[2] Siyar A’lam Nubala ( 11/214)

[3] Manaqib Imam Ahmad hal. 367

[4] Raudhah al ‘Uqala hal. 165

[5] Siyar A’lam Nubala (11/216)

[6] Siyar A’lam Nubala (11/216)

No comments:

Post a Comment